Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

19 Mei 2013

Pengantar Ekonomi Pembangunan


PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

Pembangunan ekonomi bukanlah suatu topik baru dalam ilmu ekonomi, karena studi tentang pembangunan telah ada sejak zaman Merkantilis, Klasik, sampai Karl Marx dan Keynes. Bapak ilmu ekonomi, Adam Smith telah menyinggung aspek pembangunan ekonomi dalam karya fenomenalnya yang berjudul The Wealth Of Nations (1776).
Akan tetapi masa kebangkitan pembangunan ekonomi baru dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia II. Pada masa Adam Smith sampai Perang Dunia II, pembangunan belum menjadi perhatian Negara Sedang Berkembang (NSB). Hal ini disebabkan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu:
1.      Negara Sedang Berkembang (NSB) masih merupakan negara jajahan
2.      Kurang adanya usaha dan perhatian dari para pemimpin NSB. Sebab, karena negara NSB mayoritas adalah negara jajahan maka fokus utama para pemimpin adalah adalah memperoleh kemerdekaan.
3.      Di kalangan ekonom sendiri, penelitian dan analisis tentang masalah pembangunan masih terbatas.
Seiring dengan terbebasnya banyak NSB dari belenggu penjajahan, maka masa berakhirnya Perang Dunia II adalah momentum kebangkitan NSB. Setelah Perang Dunia II berakhir, pembangunan tumbuh pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
  • Keinginan NSB mengejar ketertinggalan ekonomi dari negara-negara maju. Pembangunan menjadi suatu agenda yang mendesak bagi NSB, sebab setelah merdeka NSB mengalami permasalahan dalam bidang kependudukan. Oleh karena itu, dalam rangka menanggulangi masalah pengangguran dan untuk meningkatkan kesejahteraan, maka pembangunan menjadi kebutuhan yang sangat mensedak bagi NSB.
  • Perhatian dari negara-negara maju. Perhatian yang diberikan oleh negara-negara maju ini diwujudkan dalam bentuk pemberian hibah dan pinjaman dengan tingkat bunga yang relatif lunak.

A.    FOKUS EKONOMI PEMBANGUNAN
Dalam upaya mengejar ketertinggalannya, NSB menerapkan beberapa strategi pembangunan. Menurut Meier & Rouch (2000), selama dekade 1950-an sampai 1960-an, strategi pembangunan ditujukan untuk maksimisasi pertumbuhan GNP melalui proses akumulasi modal dan industrialisasi. Akan tetapi, strategi ini belum mampu memecahkan kompleksifitas permasalahan NSB. Akibatnya, strategi ini justru mengarahkan NSB pada pilihan-pilihan berikut.
1.      Harapan terjadi pertumbuhan dan pemerataan akhirnya diraih melalui mekanisme tetesan ke bawah (Trickle Down Effect).
2.      Kesenjangan pendapatan antara si kaya dan si miskin semakin melebar.
Setelah kegagalan strategi pembangunan pada dekade 1950-an sampai 1960-an, maka pada dekade 1960-an sampai 1970-an strategi pembangunan lebih ditujukan untuk mengurangi angkakemiskinan dan ketimpangan. Adapun strategi yang digunakan pada dekade ini adalah:
  • 1ILO (International Labour Orgaization) menawarkan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar sebagai tujuan strategi pembangunan.
  • Bank Dunia menawarkan pendekatan pembangunan pertumbuhan dengan pemerataan.
  • Literatur pembangunan:
  1. Pergeseran orientasi pembangunan industri menuju pembangunan pedesaan
  2. Pergeseran penekanan dari pembentukan modal fisik menuju pembentukan modal insani sebagai modal pembangunan.
Setelah beberapa strategi pembangunan diterapkan selama beberapa dekade, maka baru pada dekade 1970-an sampai 1980-an lah dikenal dengan istilah “era kebangkitan ekonomi neoklasik”.
Adapun fokus kajian pada era kebangkitan ekonomi neoklasik ini adalah:
  • Analisis keberagaman NSB
  • Faktor penyebab terjadinya perbedaan tingkat kinerja ekonomi setiap negara
  • Perubahan analisis dari model agregatif menuju mikro disagregatif
Oleh karena itu, perlu kehati-hatian dalam proses pengidentifikasian hubungan-hubungan kelembagaan dan unsur-unsur kependudukan, institusi dan semangat kewirausahaan menjadi variabel endogen dalam analisis pembangunan.
Era kebangkitan ekonomi neoklasik berpandangan bahwa pembangunan harus dilihat sebagai proses multidimensional yang mencakup perubahan sosial dan ekonomi.
Perubahan sosial tersebut mencakup:
  • Perubahan-perubahan yang mendasar di dalam struktur sosial
  • Perilaku masyarakat
  • Perbaikan sistem kelembagaan
Sedangkan aspek ekonomi mencakup:
  • Kenaikan pendapatan per kapita
  • Kemerataan distribusi pendapatan
  • Pengentasan kemiskinan
B.     RUANG LINGKUP PEMBAHASAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Sampai saat ini, ilmu ekonomi pembangunan belum memiliki pola analisis yang dapat diterima secara umum. Sangat berbeda dengan ilmu ekonomi mikro atau makro atau ekonomi internasional (Reynolds, 1969). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1.                     Kompeksitas masalah pembangunan dan banyaknya faktor yang memengaruhi pembangunan. Adapun permasalahan utama dalam ekonomi pembangunan adalah:
  • Masalah pertumbuhan ekonomi
  •  Masalah kemiskinan
  • Masalah ketimpangan pendapatan
  • Masalah pembentukan modal 
  • Masalah tingkat tabungan domestik
  • Masalah transformasi struktural
  • Masalah bantuan luar negeri
2.      Tidak adanya teori-teori pembangunan yang menjadi kerangka dasar dan berlaku secara umum dalam memberikan gambaran mengenai proses pembangunan ekonomi. Hal ini yang pada akhirnya menimbulkan silang pendapat di antara para ekonom dalam menentukan faktor-faktor apa yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi dan bagaimana mekanismenya.


 










      C.    KARAKTERISTIK NEGARA SEDANG BERKEMBANG (NSB)
Sebagai perbandingan tingkat kesejahteraan antar negara, Bank Dunia menggunakan pendapatan riil per kapita berdasarkan daya beli sebagai tolok ukur. Berdasarkan tingkat kesejahteraan ini pula Bank Dunia mengelompokkan negara-negara di dunia menjadi dua kelompok, yaitu:
1              Negara maju (Developed Countries) atau Negara Utara. Negara maju dibedakan menjadi dua, yaitu negara maju atau Negara Dunia Pertama dan Negara Maju Dunia Kedua.
  • Negara maju atau Negara Dunia Pertama. Yang termasuk dalam kelompok negara maju adalah Eropa Barat, Amerika Utara, Australia, New Zealand dan Jepang.
  • Negara maju atau Negara Dunia Kedua. Yang termasuk dalam kelompok negara maju Dunia Kedua adalah sebagian besar negara-negara sosialis yang terdapat di kawasan Eropa Timur, seperti Rusia, Hongaria, Bulgaria dan Polandia.
2.             Negara sedang berkembang (Developing Countries) atau negara dunia ketiga atau negara selatan.
Selain dua kelompok tersebut, Bank Dunia (2009) menyebutkan bahwa ada beberapa NSB yang mempunyai pendapatan per kapita setara bahkan di atas negara-negara maju. Seperti, Brunei, Korea Selatan, Kuwait, Arab Saudi dan Singapura. Namun, negara-negara tersebut belum bisa disebut negara-negara maju karena struktur ekonomi dan masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan NSB. Negara-negara tersebut dikelompokkan sebagai Negara Industri Baru atau NICs (Newly Industrilized Countries).
Menurut Celso Furtado, seorang ekonom Amerika Latin (1964) dalam Thirwall (1977) mengatakan bahwa suatu negara masih disebut sebagai negara yang belum maju jika negara tersebut masih mengalami ketidakseimbangan antara jumlah faktor produksi yang dimiliki dengan teknologi yang mereka kuasai sehingga penggunaan modal dan tenaga kerja secara penuh belum tercapai.
Berdasarkan tingkat pendapatannya, Bank Dunia dalam World Development Report (2009) mengelompokkan negara-negara dalam tiga kelompok, yaitu:
  1. Negara berpenghasilan rendah (pendapatan GNI per kapita di bawah US $ 935.
  2. Negara berpenghasilan menengah. Kelompok ini dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a)      Negara berpenghasilan menengah ke bawah (pendapatan GNI per kapita antara US $ 936 sampai US $ 3.705).
b)      Negara berpenghasilan menengah ke atas (pendapatan GNI per kapita antaraUS $ 3.705 sampai US $ 11.455).
3. Negara berpenghasilan tinggi (pendapatan GNI per kapita di atas US $ 11.456).
Todaro & Smith (2003) mengemukakan ada enam karakteristik negara sedang berkembang, yaitu:
1. Standar hidup yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari:
  • Kemiskinan yang kronis
  •  Kondisi perumahan yang tidak memadahi
  •  Sarana kesehatan yang terbatas
  • Tingkat pendidikan yang rendah 
  • Tingkat kematian bayi yang tinggi 
  • Tingkat harapan hidup yang rendah
  • Adanya perasaan tidak aman, dan 
  • Rasa putus asa.
2.      Tingkat produktifitas rendah.
Seperti konsep fungsi produksi, tingkat output dengan kombinasi-kombinasi input pada tingkat teknologi tertentu. Pada NSB, tingkat produktivitas tenaga kerjanya rendah sebab tidak adanya input komplementer seperti modal fisik atau Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang baik.
3.      Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban tanggungan yang tinggi.
Masalah klasik yang dihadapi NSB adalah laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan karena dua faktor, yaitu:
a.       Tingkat kelahiran kasar
b.      Tingkat kematian
Selain itu, masalah kependudukan lain yang dihadapi NSB adalah karena tingginya laju pertumbuhan penduduk, hal ini menyebabkan proporsi penduduk di bawah usia 15 tahun (usia non-produktif) cukup tinggi. Kondisi ini jelas berdampak pada tingginya rasio beban tanggungan.
4.      Tingginya tingkat pengangguran.
Karena tingkat SDM di NSB rendah, hal ini akan memicu timbulnya dua fenomena, yaitu pengangguran terselubung dan pengangguran terbuka.
5.      Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produk primer.
Data Bank Dunia (2006) menyebutkan bahwa sebagian besar penduduk NSB tinggal di pedesaan dan menjadikan pertanian sebagai basis sektor perekonomian. Padahal, menurut Bank Dunia sektor pertanian tidak memberi kontribusi yang besar terhadap GDP di NSB, walaupun sektor pertanian telah menyerap sebagian besar tenaga kerjanya.
Oleh karena itu, ada dua kebijakan yang perlu diambil. Yaitu, revitalisasi pertanian dan transformasi struktural yang dinamis (transformasi yang tidak menyebabkan adanya ketimpangan antar sektor).
6.      Dominasi negara maju, ketergantungan terhadap negara maju, dan vulnerabilitas dalam hubungan-hubungan internasional.
Faktor yang menyebabkan rendahnya standar hidup di NSB adalah tingginya ketimpangan, baik di bidang ekonomi maupun politik. Ketimpangan tersebut berupa dominasi negara kaya dalam mengendalikan pola perdagangan internasional dan dominasi mereka dalam mendikte NSB sebagai prasyarat pinjaman luar negeri. Kondisi inilah yang pada akhirnya melahirkan sikap ketergantungan oleh NSB terhadap negara-negara maju, dan menimbulkan vulnerabilitas (sifat mudah terpengaruh) dari NSB kepada negara maju.

0 komentar:

Posting Komentar