BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Inpres Nomor 5 tahun 2008 menginstruksikan kepada 29 pejabat mulai dari menteri hingga
bupati/walikota untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan Fokus Program Ekonomi tahun 2008-2009. Pelaksanaan Fokus Program
Ekonomi 2008-2009 itu dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
menjaga kelestarian sumber daya alam, peningkatan ketahanan energi dan kualitas
lingkungan, dan untuk pelaksanaan komite dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi
ASEAN.
Selain itu juga ada kebijakan luar negeri yang dirancang untuk membantu melindungi kepentingan nasional, keamanan
nasional, tujuan ideologis, dan kemakmuran ekonomi suatu
negara. Namun semua tujuan itu tidak akan terwujud secara maksimal jika tidak
didasari dengan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu kami
akan membahas tentang strategi pembangunan yang menjadi salah satu kunci pokok
lancarnya pembangunan ekonomi di suatu negara.
1.2.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas kami dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian strategi dan
strategi pembangunan ekonomi ?
2. Apa saja macam-macam strategi dalam
pembangunan ekonomi ?
3. Bagaimana cara mengukur
keberhasilan pembangunan ?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan arti dari strategi
dan strategi pembangunan.
2. Mendeskripsikan macam-macam
strategi baru dalam pembangunan ekonomi.
3. Mendeskripsikan bagaimana cara
mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Strategi dan Strategi Pembangunan
Strategi adalah proses penentuan
rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai.
Strategi pembangunan adalah suatu tindakan
pemilihan atas faktor-faktor yang di jadikan faktor utama (penentu) pada jalannya
proses pertumbuhan.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam pemilihan strategi pembangunan ekonomi adalah tujuan yang hendak dicapai.
Apabila yang ingin dicapai adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka faktor
yang mempengaruhi digunakannya strategi tersebut adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi yang rendah, akumulasi kapital rendah, tingkat pendapatan pada kapital
yang rendah, dan struktur ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang juga
kurang berkembang.
Kunci dari pembangunan adalah kemakmuran
bersama. Pemerataan hasil pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
merupakan tujuan pembangunan yang ingin dicapai. Tingkat pertumbuhan yang
tinggi tanpa disertai pemerataan pembangunan hanyalah menciptakan perekonomian
yang lemah dan eksploitasi sumber daya manusia. Hipotesis Kusnets (1963) yang
menyatakan bahwa sejalan dengan waktu ketidak merataan (inequality) akan
meningkat akan tetapi kemudian akan menurun karena adanya penetesan ke bawah
(trickle down effect), sehingga kurva akan berbentuk seperti huruf U terbalik
(Inverted U). Akan tetapi pada kenyataannya penetesan ke bawah (trickle down
effect) tidak selalu terjadi, sehingga kesenjangan antara kaya dan miskin
semakin besar.
Faktor yang mempengaruhi diberlakukannya
strategi Pembangunan yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan-kemiskinan
pada dasrnya dilandasi keinginan, berdasarkan atas norma tertentu, bahwa
kemiskinan harus secepat mungkin dibatasi. Sementara itu strategi-strategi
pembangunan yang lain ternyata sangat sulit mempengaruhi atau memberikan
manfaat secara langsung kepada golongan miskin ini.
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Pembangunan
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pembangunan antara lain:
Ø Kependudukan dan sosial budaya
Ø Wilayah dan lingkungan
Ø Sumber daya alam serta persebarannya
Ø Kualitas sumber daya manusia terhadap penguasaan ilmu pengetahuaan dan
teknologi
Ø Manajemen nasional
Ø Kemungkinan pengembangan
2.2.
Macam-Macam
Strategi dalam Pembangunan Ekonomi
A. Paradigma Tradisional
Pembangunan ekonomi
pada tahun 1960 an mengalami pergeseran makna dari pandangan tradisional
berubah ke pandangan baru atau paradigma baru. Konsep pembangunan yang pada
awalnya adalah identik dengan pertumbuhan atau development with growth berubah
menjadi pembangunan tidak lagi identik dengan pertumbuhan tetapi pembanguan
harus diikuti dengan perubahan atau development with change.
Konsep pembangunan yang
identik dengan pertumbuhan ini merupakan kajian dari ATHUR LEWIS. Di dalam
bukunya yang berjudul the theory of economic growth, Lewis menyebutkan
bahwa tujuan utama pembangunan ekonomi adalah pencapaian laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi di negara manapun. Kata kunci untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah pembentukan modal. Melalui pembentukan
modal maka terciptalah industri-industri yang memberikan nilai tambah tinggi
bagi pertumbuhan ekonomi.
Bagi negara sedang
berkembang yang sebagian besar merupakan negara miskin, amatlah sulit untuk
melakukan pembentukan modal, oleh karena itu mengundang investor asing melalui
penanaman modal asing (PMA) dan utang luar negeri tidak dapat dihindarkan.
Konsep pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi didasarkan pada
pengalaman pembangunan di negara-negara Eropa disebut dengan Eropa Sentris atau
Eurocentrism (Hettne, dalam Mudrajad
Kuncoro, 2006).
Model pembangunan dengan strategi
mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui pengembangan industri
memunculkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang umum adalah rusaknya
lingkungan, yang ditandai hutan. Kondisi ini sebagai akibat dari pembangunan
industri yang tidak tertata dengan baik. Kerusakaan dan pencemaran lingkungan
seringkali tidak diperhitungan oleh negara, akibatnya biaya sosial yang harus
ditanggung masyarakat terlalu tinggi dan pada akhirnya masyarakat miskinlah
yang menjadi korban.
Masyarakat miskin dengan
segala keterbatasannya, membuat mereka semakin sulit untuk memperbaiki kualitas
hidupnya. Ketidakmampuan secara ekonomi membuat masyarakat miskin tidak ada
pilihan lain untuk sekedar bertempat tinggal yang layak atau berobat ke dokter
karena masalah kesehatan. Belum lagi perubahan kawasan pertanian menjadi
kawasan industri mendorong masyarakat untuk beralih profesi dari petani atau
buruh tani menjadi buruh pabrik atau sebaliknya malah tidak bekerja sama sekali
sehingga menimbulkan masalah pengagguran. Model pembangunan industri yang lebih
banyak bersifat capital intensive daripada labour intensive semakin
memperparah kondisi pengangguran yang semakin bertambah.
Kondisi seperti itulah yang
menyebabkan negara sedang berkembang semakin sulit untuk maju. Disisi lain laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata juga diikuti dengan ketimpangan
distribusi pendapatan yang semakin tidak merata. Pembagian kue pembangunan yang
tidak merata hanya dinikmati oleh kalangan tertentu dalam hal ini pemilik modal
atau golongan masyarakat kaya, semakin memiskinkan masyarakat yang memang sudah
miskin.
Oleh karena itu makna
pembangunan menjadi dipertanyakan, sebenarnya pembangunan itu ditujukan untuk
siapa ? Kegagalan pembangunan di berbagai negara sedang berkembang menunjukkan
salah satu bukti kegagalan strategi pembangunan yang selama ini diyakini
kebenarnya. Hasil pembangunan tidak seperti yang diharapkan semakin memperkuat
ada yang salah dalam proses pembangunan. Pembangunan yang seharusnya
menyebabkan perbaikan atau peningkatan kualitas hidup ternyata justru
sebaliknya. Pembangunan yang terjadi selama ini lebih benyak menghasilkan
masalah-masalah krusial dalam pembangunan, seperti meningkatnya jumlah
pengangguran dan angka kemiskinan. Konsep trickle down effect (menetes
ke bawah) yang selalu di dengung-dengungkan tidak memberikan hasil yang
memadai. Pembangunan hanya terpusat pada kelompok dan wilayah tertentu saja,
sehingga pembangunan tidak bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
B. Paradigma
Baru
Menurut Hendra Esmara dan Meier (dalam Mudrajad K, 2006), bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang mutlak diperlukan (necessary)
tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi pembangunan. Pertumbuhan
ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional,
sedang pembangunan berdimensi lebih luas dari sekedar pertumbuhan ekonomi.
Menurut Meier, pembangunan tidak lagi memuja GNP sebagai
sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan pada proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan ekonomi tidak cukup dengan peningkatan pendapatan perkapita dalam
jangka panjang saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah jumlah penduduk
miskin tidak mengalami peningkatan dan distribusi pendapatan tidak semakin
timpang.
Myrdal menekankan pada pembangunan sebagai pergerakan ke
atas dari seluruh sistem sosial. Dudley dan Seers pada tahun 1973, merujuk 3
(tiga) sasaran utama dari pembangunan, yaitu:
1.
What
has been happening to proverty ?
2.
What
has been happening to unemployment ?
3.
What has
been to inequality ?
Myrdal, Dudley dan Seers, nampaknya mempunyai kecenderungan bahwa
pembangunan lebih banyak menekankan pada aspek sosial, yaitu pentingnya
mengurangi kemiskinan, tingkat pengangguran dan ketidakmerataan distribusi
pendapatan. Berdasarkan hal tersebut, maka pembanguan haruslah ditujukan pada
perluasana kesempatan kerja dan pemerataan distribusi pendapatan . Hal inilah
yang mendorong munculnya konsep baru dalam memahami makna pembangunan.
Terdapat 5
(lima) strategi baru dalam pembangunan ekonomi, yaitu :
1.
Strategi pertumbuhan dengan distribusi
Strategi pertumbuhan dengan distribusi merupakan strategi
pembangunan yang lahir dari kegagalan pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan
ekonomi saja tanpa diikuti dengan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tidak akan berarti kalau distribusi pendapatan dalam masyarakat
timpang. Pengalaman di beberapa negara sedang berkembang menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga diikuti dengan ketimpangan
distribusi pendapatan yang semakin lama semakin lebar. Dengan demikian strategi
pertumbuhan dan distribusi merupakan strategi pembangunan yang tidak saja
mengejar laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga memperhatikan
distribusi pendapatan masyarakat. Tujuan dari strategi ini adalah mengurangi
kesenjangan antara golongan kaya dan miskin supaya tidak semakin timpang.
Pembagian kue pembangunan ini sangat penting agar pembangunan dapat dinikmati
oleh semua golongan.
Implementasi dari strategi pembangunan ini adalah berupa kebijakan
antara lain :
a) Menciptakan lapangan kerja
b) Perhatian terhadap UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
c) Investasi pada SDM (Sumber Daya Manusia)
d) Perhatian terhadap rakyat miskin
Kebijakan pemerintah diarahkan pada kebijakan yang berorientasi
pada masyarakat banyak, oleh karena itu strategi ini dinamakan juga strategi
pembangunan bersifat populis (populisme).
2.
Strategi kebutuhan pokok
Strategi kebutuhan pokok merupakan strategi pembangunan dengan
berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Kebutuhan pokok dapat
didefinisikan sebagai kebutuhan yang meliputi pangan, papan, dan sandang, Namun
demikian konsep kebutuhan pokok untuk masing-masing negara adalah berbeda,
semakin maju dan kaya suatu negara semakin tinggi kebutuhan pokok Pada umumnya
kebutuhan pokok meliputi kebutuhan minimum konsumsi (pangan, sandang,
perumahan) dan jasa umum (kesehatan, transportasi umum, air, fasilitas
pendidikan), Namun menurut Todaro, pengertian kebutuhan pokok jauh lebih luas
dari sekedar pemenuhan kebutuhan minimum
Todaro kebutuhan pokok manusia mengacu pada 3 (tiga) nilai dasar
pembangunan, yaitu :
1. Kemampuan menyediakan kebutuhan dasar (life sustenance)
2. Kebutuhan untuk dihargai (self esteem)
3. Kebebasan untuk memilih (freedom)
Dengan demikian kebutuhan pokok menurut Todaro tidak sekedar
pemenuhan kebutuhan minimum, tetapi lebih luas lagi sehingga pembangunan dapat
dinikmati oleh semua masyarakat. Strategi pembangunan kebutuhan pokok ini
merupakan strategi pembangunan dengan pendekatan ekonomi dan sosial.
3.
Strategi pembangunan mandiri
Strategi pembangunan mandiri lahir sebagai antitesis dari strategi
dependensia, yaitu strategi pembangunan yang berorientasi pada negara donatur
sebagai pemasok modal melalui utang luar negeri. Model pembangunan seperti ini
sangat rentan karena menggantungkan diri pada negara donatur. Kondisi ini
melahirkan tingkat ketergantungan yang sangat tinggi antara negara sedang
berkembang dengan negara maju. Negara sedang berkembang yang pada umumnya
merupakan negara miskin sangat terbatas dalam pemumpukan modal sehingga
tidaklah heran banyak negara sedang berkembang yang terjerat dalam lilitan
utang luar negeri, termasuk Indonesia.
Sebagai pelopor kelahiran strategi pembangunan mandiri adalah
negara India pada masa pemerintahan Mahatma Gandhi, Tanzania pada masa
pemerintahan Julius Nyerere, Cina pada masa pemerintahan Mao Zedong dan
Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno. Pengertian “mandiri” tidak saja
mandiri secara ekonomi tetapi juga mandiri dalam segala hal, sehingga strategi
pembangunan mandiri pada intinya merupakan strategi pembangunan yang tidak
tergantung pada negara lain.
4.
Strategi pembangunan berkelanjutan
Strategi pembangunan berkelanjutan (sustainable development),
lahir sekitar tahun 1970 seiring dengan merebaknya masalah lingkungan.
Kesadaran msyarakat yang sangat tinggi akan petingnya lingkungan hidup,
mendorong beberapa negara untuk mengadakan pertemuan dan membahas tentang
kerusakan lingkungan yang terjadi.
Laporan dari Club of Rome, dengan
menggunakan data statistik, menyimpulkan bahwa “bila tren pertumbuhan penduduk,
industrialisasi, polusi, produksi makanan, dan deplesi sumberdaya terus menerus
tidak berubah maka batas pertumbuhan atas planet bumi akan dicapai dalam waktu
kurang dari 1000 tahun”. Namun demikian ramalan ini tidak terbukti.
Menurut Lester Brown (1981), konsep subtainable sendiri merujuk pada 4 (empat) nilai utama, yaitu:
a. Tertinggalnya transisi energi
b. Memburuknya sistem biologis utama (perikanan laut padang rumput,
hutan, lahan pertanian)
c. Ancaman perubahan iklim yang sangat ekstrem (polusi, dampak rumah
kaca, bencana banjir musim panas yang sangat panas dan musim dingin yang sangat
dingin)
d. Kurangnya bahan makanan
Dengan demikian, strategi pembangunan berkelanjutan merupakan
strategi pembangunan yang berorientasi pada pentingnya menjaga lingkungan.
Pembangunan yang tidak semata-mata mengejar nilai ekonomis, tetapi disisi lain
juga memperhatikan ekologi maupun sosial di masa yang akan datang. Oleh karena
itu para ahli pembangunan setuju tentang konsep pembangunan ecodevelopment dimana
masyarakat dan lingkungan harus bersama-sama berkembang menuju produktivitas
dan pemenuhan kebutuhan yang lebih baik.
Pada program Millennium Development Goals atau MDGs yang
disepakati 189 negara, termasuk Indonesia pada konferensi Tingkat Tinggi
Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September 2000 merumuskan 8
(delapan) target pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015. Kedelapan
target pembangunan tersebut adalah:
1.
Penghapusan kemiskinan
2.
Pendidikan untuk semua
3.
Penyetaraan gender
4.
Perlawanan terhadap penyakit
5.
Penurunan angka kematian
anak
6.
Peningkatan kesehatan ibu
7.
Perlindungan lingkungan
hidup
8.
Kerjasama global.
Program Millennium Development Goals atau MDGs merupakan
salah satu program dunia tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan.
Disamping itu dalam program Millennium Developmenbt Goals atau MDGs terkandung
makna pentingnya perubahan dalam memahami makna pembangunan. Pembangunan tidak
saja dipandang dari segi ekonomi tetapi juga dari segi ekologi, lingkungan dan
sosial. Dampak perubahan iklim sebagai salah satu penyebab pentingnya
pembangunan berdasarkan lingkungan sekitar.
5.
Strategi pembangunan berdimensi etnik
Stretegi pembangunan berdimensi etnik (ethnodevelopment)
lahir dengan latar belakang konflik antar etnis. Konflik antara etnisi terjadi
pada negara yang memiliki berbagai macam etnis, (multietnis) seperti ras, suku
dan agama yang beragam (heterogen). Negara dengan multietnis seperti ini
sangat rentan untuk terjadinya konflik. Pada negara-negara seperti di Afrika,
dan Asia Selatan pada umumnya sering terjadi konflik berupa :
- Konflik kepemilikan atas tanah
- Konflik penguasaan sumberdaya alam
- Konflik ketimpangan pembangunan
- Konflik penguasaan politik dan ekonomi
Negara Malaysia secara terbuka memasukan konsep ethnodevelopment
dalam formulasi kebijakan Ekonomi Baru-nya (NEP) yang dirancang dan
digunakan untuk menjamin agar buah pembangunan dapat dirasakan oleh semua warga
negara secara adil, baik dari komunitas Cina, India, maupun masyarakat pribumi
Malaysia (Faaland, et al, 1990).
2.3. Cara
Mengukur Keberhasilan Pembangunan
Pembangunan seperti yang sudah ditegaskan diatas, tidak hanya
dilihat dari sisi ekonomi saja tetapi juga dari sisi lainnya. Oleh karena itu
keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh faktor ekonomi dan non ekonomi.
Dalam bukunya Mudrajad Kuncoro (Ekonomika Pembangunan, 2006) menetapkan ada 2
(dua) indikator utama dalam menentukan keberhasilan pembangunan di negara
sedang berkembang, yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial.
Indikator ekonomi
meliputi :
- Laju pertumbuhan ekonomi
Laju
pertumbuhan ekonomi merupakan indikator ekonomi yang paling utama dalam menilai
keberhasilan pembangunan. Sebelum makna pembangunan mengalami perubahan,
pertumbuhan ekonomi merupakan suatu yang mutlak harus dicapai oleh neg'ara
sedang berkembang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dianggap “DEWA” dalam
pembangunan, sehingga target pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah suatu
keharusan.
Tabel 1
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (dalam persen)
|
2004
|
2005
|
2006
|
Total Konsumsi
|
4,9
|
4,3
|
3,9
|
-
Konsumsi Swasta
-
Konsumsi Pemerintah
|
5,0
4,0
|
4,0
6,6
|
3,2
9,6
|
Investasi
|
14,7
|
10,8
|
2,9
|
-
Permintaan Domestik
-
Net Ekspor
|
5,4
-19,5
|
5,3
13,6
|
3,3
15,6
|
Ekspor Barang & Jasa
|
13,5
|
16,4
|
9,2
|
Impor Barabg & Jasa
|
26,7
|
17,1
|
7,6
|
PDB
|
5,0
|
5,7
|
5,5
|
Sumber : BPS, 2009
- Gross National Product (GNP) atau Pendapatan Nasional Perkapita
Perhitungan
pendapatan nasional perkapita dapat diperoleh dengan cara menghitung pendapatan
nasional atau GNP suatu negara dibagi dengan jumlah penduduk. Perhitungan pendapatan
perkapita suatu masyarakat pada umumnya dilakukan tiap satu tahun sekali. Dari
data yangdiperoleh ini dapat diambil
manfaat antara lain:
a.
Untuk mengetahui
perkembangan suatu negara dari tahun ke tahun
b.
Sebagai acuan dalam
mengambil kebijakan di masa yang akan datang.
Oleh karena
itu perhitungan pendapatan perkapita masyarakat suatu negara adalah sangat
perlu dan penting mengingat besar sekali manfaat yang diperoleh. Disamping itu
menganalisa ada tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara dapat dilihat
secara sekilas dari data tersebut. Selain itu data perkembangan pendapatan
perkapita masyarakat suatu negara dari tahun ke tahun akan dapat memberikan
suatu gambaran mengenai, antara lain:
a.
Laju perkembangan tingkat
kesejahteraan penduduk suatu negara
b.
Perubahan dalam corak
perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara
c.
Dapat meramalkan tingkat
pendapatan perkapita penduduk suatu negara untuk masa yang akan datang.
Sampai saat
ini penggunaan tolok ukur pendapatan nasional perkapita suatu masyarakat
sebagai indeks tingkat kesejahteraan masih tetap digunakan. Dengan demikian
maka apabila ingin mengetahui tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat
dilihat pendapatan perkapitanya. Semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita
suatu masyarakat maka akan semakin sejahtera masyarakatnya.
Kelemahan Pengukuran Pendapatan Perkapita
Sebenarnya
banyak sekali tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan masyarakat suatu negara, tidak hanya dilihat dari faktor ekonomi
saja tetapi juga neliputi faktor-faktor yang lain, seperti faktor sosial,
politik dan kebudayaan. Karena sifatnya yang sangat kompleks ini, maka untuk
mengukur tingkat kesejahteraan tidaklah mudah, tidak hanya dilihat secara
materi atau lahiriah saja, tapi haruslah melibatkan keduanya. Dengan demikian
kesejahteraan mempunyai konotasi atau bersifat sangat relatif sekali atau
adanya unsur subyektivitas yang mendukung di dalamnya. Oleh karena itu,
sejahtera secara materi belum tentu sejahtera secara lahiriah dan sebaliknya,
sejahtera secara alamiah belum tentu sejahtera secara materi.
- Gross Domestic Product (GDP) per perkapita dengan Purcashing Power Parity.
Kelemahan yang melekat pada sistem perhitungan PDB selama ini adalah
ketidakmampuannya mengakomodasikan indikator-indikator non-ekonomi (termasuk
lingkungan) sebagai detrminan penting bagi tingkat kesejahteraan. Ketika angka
PDB nominal tidak bisa berbicara mengenai tingkat kesejahteraan riil, maka UNDP
(United Nations Development Programme) mengambil inisiatif untuk
menghitung veriabel PPP (Purchasing Power Parity), sebagai dasar penentu
kemampuan atau daya beli seseorang.
Menurut Hiks, tujuan dari perhitungan pendapatan nasional adalah
memberi indikasi mengenai seberapa besar masyarakat dapat mengkonsumsinya tanpa
harus memiskinkan dirinya sendiri. Atas dasar itulah maka lokakarya yang
diselenggarakan Bank Dunia di Paris, 21-22 November 1988, menghasilakan rumusan
baru sebagai berikut:
NDP = PDB - KONSUMSI
|
Dimana:
NDP = Net Domestic Product atau PDB netto atau PDB dengan perhitungan
yang baru
Konsumsi = dalam hal ini
adalah biaya yang mengakibatkan manipisnya sumberdaya alam
Pada
konferensi di Brussel 31 Mei-1 Juni 1995, muncul formulasi sebagai berikut:
PDB = Output Total –
Input Antara (Intermediate Input)
|
Sehingga:
NDP = PDB – Depresiasi modal
tetap Pendapatan Nasional Bruto
Pendapatan Nasional Bruto =
PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri
Jadi, pendapatan nasional
Neto = NDP + Pendapatan Neto dari luar negeri.
Indikator Sosial meliputi :
1. Human Development Index (HDI)
Indeks pembangunan manusia atau Human Development indeks (HDI) diukur berdasarkan tiga tujuan atau
produk pembangunan, yaitu:
a. Usia panjang yang diukur dengan tingakt harapan hidup
b. Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah
orang dewasa yang dapat membaca dan rata-rata tingkat sekolah
c. Penghasilan yang diukur dengan pendapatan riil yang telah
disesuaikan, yaitu disesuaikan menurut daya beli atau mata uang masing-masing
negara dan asumsinya menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat.
2. Physical Quality Life Index (PQLI)
Indeks mutu hidup atau Physical
Quality Life Index disingkat PLQI merupakan indeks gabungan dari tiga
indikator utama, yaitu:
a. Angka harapan hidup pada usia satu
tahun
b. Angka kematian
c. Tingkat buta huruf
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan
Strategi adalah proses penentuan
rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai.
Strategi pembangunan adalah suatu tindakan
pemilihan atas faktor-faktor yang di jadikan faktor utama (penentu) pada
jalannya proses pertumbuhan.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam pemilihan strategi pembangunan ekonomi adalah tujuan yang hendak dicapai.
Apabila yang ingin dicapai adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka faktor
yang mempengaruhi digunakannya strategi tersebut adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi yang rendah, akumulasi kapital rendah, tingkat pendapatan pada kapital
yang rendah, dan struktur ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang juga
kurang berkembang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pembangunan antara lain:
Ø Kependudukan dan sosial budaya
Ø Wilayah dan lingkungan
Ø Sumber daya alam serta persebarannya
Ø Kualitas sumber daya manusia terhadap penguasaan ilmu pengetahuaan dan
teknologi
Ø Manajemen nasional
Ø Kemungkinan pengembangan
Pada dasarnya, strategi pembangunan seelalu
berubah mengikuti perkembangan zaman. Adapu era pembangunan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu era pembangunan pada paradigma tradisional dan era
pembangunan pada paradigma baru.
Pada paradigma tradisional, strategi
pembangunan yang diterapkan adalah meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan pembentukan modal. Melalui
pembentukan modal maka terciptalah industri-industri yang memberikan nilai
tambah tinggi bagi pertumbuhan ekonomi. Model pembangunan dengan strategi mengejar pertumbuhan ekonomi yang
tinggi melalui pengembangan industri memunculkan berbagai permasalahan.
Permasalahan yang umum adalah rusaknya
lingkungan, yang ditandai hutan. Kondisi ini sebagai akibat dari
pembangunan industri yang tidak tertata dengan baik. Kerusakaan dan pencemaran
lingkungan seringkali tidak diperhitungan oleh negara, akibatnya biaya sosial
yang harus ditanggung masyarakat terlalu tinggi dan pada akhirnya masyarakat
miskinlah yang menjadi korban.
Sedangkan pada paradigma
baru ada lima strategi yang diterapkan, yaitu:
- Strategi pertumbuhan dengan distribusi
- Strategi kebutuhan pokok
- Strategi pembangunan mandiri
- Strategi pembangunan berkelanjutan
- Strategi pembangunan berdimensi etnik.
Dengan
berbagai strategi yang diterapkan, maka dapat ditetapkan dua indikator untuk
mengukur keberhasilan pembangunan. Yaitu indikator ekonomi dan indikator
sosial.
3.2.
Saran
Melihat begitu pentingnya strategi dalam
pembangunan, maka hendaknya pemerintah lebih jeli memilih strategi mana yang
cocok diterapkan di negara kita. Sebab, jika strategi yang diterapkan itu salah
maka bukan kemiskinan yang dapat turun. Akan tetapi kemiskinan itu bisa malah
semakin naik. Dan yang terpenting lagi, apapun bentuk strategi yang diterapkan
hendaknya tidak sampai merusak ekosistem alam.
DAFTAR PUSTAKA
elearning.gunadarma.ac.id/.../bab2
Strategi.Pembangunan.pdf
perkembangan_strategi_dan_perencanaan_pembangunan_indonesia.pdf
Suroso, P.C. 1997. Perkonomian
Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
1 komentar:
sangat baik dalam strategi prencanaan ini
Posting Komentar