“ Cinta Sang Nabi “
Ketika
cinta memanggilmu, ikutilah dengannya
Meskipun
jalan yang harus kau tempuh keras dan terjal
Ketika
sayapnya merengkuhmu, serahkan dirimu kepadanya
Meskipun
pedang-pedang yang ada di sayap itu mungkin akan melukaimu
Dan jika ia
bicara padamu, percayalah
Meskipun
suaranya akan membuyarkan mimpi-mimpimu
Bagaikan angin
utara yang memporak-porandakan pertamanan
Cinta
akan memahkotahi dan menyalibmu
Menumbuhkanmu
dan memangsamu
Mengangkatmu
naik, membelai ujung-ujung rantingmu yang gemulai dan membawanya ke matahari
Tapi
cinta juga akan mencengkram, menggoyang akar-akarmu hingga tercerabut dari bumi
Bagai
seikat gandum ia satukan dirimu dengan dirinya
Menebahkanmu
hingga kau telanjang
Menggerusmu
agar kau terbebas dari kulit luarmu
Menggilasmu untuk memutihkan
Melumatmu
hingga kau menjadi liat
Kemudian ia
membawamu ke dalam api sucinya, hingga kau menjadi roti suci perjamuan kudus
bagi Tuhan
Semua
dilakukan cinta untukmu hingga kau mengetahui rahasia hatimu sendiri, dan dalam
pengetahuan itu kau akan menjadi bagian hati kehidupan
Jangan
biarkan rasa takut bersarang, agar kau tak hanya menjadikan cinta tempat
mencari senang
Karena
akan lebih baik bagimu untuk segera menutupi ketelanjangan dan berlalu di
lantai penebahan cinta,
Menuju
dunia tanpa musim, di mana engkau akan puas tertawa, gelak yang bukan tawamu,
dan engkau akan menangis, air mata yang bukan tangisanmu
Cinta tidak
memberi apapun kecuali dirinya sendiri dan tidak menerima apapun kecuali cinta
itu sendiri
Ia
tidak memiliki; dan tidak dimiliki
Karena
cinta hanya untuk cinta
Ketika
engkau mencintai jangan katakan, “Tuhan ada dalam hatiku” ; tapi katakan, “ Aku
ada di hati Tuhan”
Dan jangan
berfikir engkau dapat memilih jalan sendiri, karena cintalah, jika ia berkenan,
yang akan mengarahkan jalanmu.
Cinta
tidak pernah berhastrat selain pemenuhan dirinya.
Namun,
jika engkau mencintai dan harus memiliki hastrat, biarlah ini yang menjadi
hastratmu:
Melebur
diri dan menjadi anak sungai yang mengalir melantunkan nyanyian ke peraduan
malam
Mengetahui
sakitnya rasa kelembutan
Terluka
oleh pemahaman sendiri tentang cinta;
Berdarah
dengan ikhlas penuh suka cita
Terbangun
di saat fajar dengan hati bersayap dan menghaturkan puji syukur untuk hari-hari
yang penuh cinta;
Beristirah
di terik siang dan merenungkan puncak-puncak cinta
Pulang di
petang hari dengan syukur sepenuh hati;
Lalu
beranjak tidur dengan sepotong do’a untuk yang tercinta di dalam hatimu dan
sebait lagu pujian di bibirmu.
“ Kahlil Gibran “
0 komentar:
Posting Komentar