Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

20 Mei 2013

Sang Pendidik




“KOMITMEN DIRI SAYA MENJADI GURU YANG PROFESIONAL”

Menjadi seorang Guru. Entah sejak kapan aku mulai berani bermimpi menjadi seorang Guru. Bagiku, Guru bukan sekedar profesi, melainkan panggilan hati dimana tidak semua orang bisa ataupun beroleh kesempatan itu. Guru adalah profesi untuk orang-orang yang terpilih karena Guru adalah tangan kanan Tuhan.
Dahulu, aku tidak pernah membayangkan dan bahkan tidak pernah bercita-cita menjadi seorang Guru. Tak ada rencana, bahkan sampai aku masuk ke Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Tidak pernah terbersit dalam fikiranku bahwa kelak Universitas inilah yang akan mengantarkanku menjadi seorang Guru, Guru yang profesional.
Sejak kecil, aku memang tak pernah memiliki cita-cita menjadi seorang Guru. Tapi entah mengapa, sejak kecil pula aku mulai suka mengajar. Tepatnya ketika aku duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Sejak SD, aku mulai suka belajar bersama dengan saudara-saudara sepupuku dan tetangg aku, dan dalam proses belajar bersama itu aku yang selalu menjadi pengajar (Guru) bagi mereka. Maklum saja, di antara aku dan saudara-saudara sepupuku, aku adalah saudara tertua mereka. Rata-rata mereka adik kelasku, jadi dalam proses belajar akulah yang lebih sering mengajari mereka. Entah siapa yang menginspirasiku pada saat itu hingga aku sangat suka mengajar.
Mulai dari tingkat Sekolah Dasar, prestasiku boleh dibilang cukup membanggakan. Sejak SD aku mulai aktif dan aku tumbuh menjadi anak yang berani dan percaya diri. Oleh karena itu, tidak hanya prestasi akademik yang mampu aku raih, melainkan pula prestasi non-akademik.
Di bidang akademik, kelas 1 aku mendapat rangking 7. Itulah merupakan rangking terburukku selama SD sampai SMA. Setelah hanya mampu finish di urutan ke 7, kelas 2 aku mulai menunjukkan prestasi yang lebih gemilang. Ya, kelas 2 SD aku berhasil mendapatkan juara 2 di kelas. Di bidang non-akademik, aku sering didaulat untuk mewakili sekolahku dalam beberapa perlombaan tingkat kecamatan. Seperti lomba paduan suara, mengarang, kemah pramuka tingkat siaga se-kecamatan, paskibraka, dll. Semua itulah yang menjadi modal buat aku berani mengajar pada saat itu.
Prestasi yang gemilang juga aku lanjutkan hingga tingkat SMA. Ketika SMA aku sekolah di Madrasah Aliyah Matholi’ul Anwar Simo, salah satu madrasah aliyah terbaik di Kabupaten Lamongan. Ketika di aliyah, aku mulai merajut asa untuk bisa kuliah di Universitas Negeri Surabaya. Entah mengapa UNESA yang aku pilih, bukan universitas lain.
Ketika di aliyah, aku juga sering mengisi kelas dengan mengajar teman-temanku sendiri ketika jam mata pelajaran kosong. Hampir semua mata pelajaran IPS aku kuasai pada waktu itu, sehingga tidak sulit bagiku mengajar teman-temanku. Ketika di aliyah, mata pelajaran yang paling aku sukai adalah matematika, bahasa inggris dan ekonomi. Sehingga akupun sering mengajar teman-temanku mata pelajaran tersebut ketika jam pelajaran kosong. Walaupun pada dasarnya kesemua mata pelajaran yang aku sukai tersebut tidak disukai mayoritas temen-temen di kelasku. Tapi aku tidak pernah menyerah mengajari mereka. Sebab, aku berpandangan bahwa ketiga mata pelajaran tersebut adalah mata pelajaran yang mau tidak mau harus mereka pelajari dan kuasai sebagai bekal menyongsong Ujian Akhir Nasional, sehingga kalaupun hari ini mereka tidak mau mendengarkan aku berbicara di depan, kelak justru merekalah akan meminta aku untuk belajar bersama. Dan pada akhirnya ketika kelas tiga, mereka justru yang meminta aku mengajari mereka ketiga mata pelajaran tersebut. Luar biasa.
Sejak saat itu, aku semakin intens mengajar teman-temanku. Terlebih sejak kelas 2 sampai kelas 3 aku mendapatkan juara pertama di kelas, sehingga mereka tak segan mengajak aku belajar bersama bahkan mereka meminta aku mengajari mereka tiga mata pelajaran UN yang mereka rasa cukup sulit, yaitu matematika, bahasa inggris dan ekonomi. Alhamdulillah.....sejak saat itu, aku jatuh cinta lagi dengan dunia mengajar, meskipun sampai saat itu pula belum terbersit dalam pikiranku bahwa aku ingin menjadi seorang pendidik atau Guru.
Pada saat itu, cita-citaku adalah menjadi seorang pengusaha ataupun penulis novel. Tapi toh Tuhan berkendak lain, Tuhan telah membukakan jalanku untuk bisa masuk dalam persaingan ketat SNMPTN, dan akupun lolos di Universitas Negeri Surabaya, universitas impianku pada saat itu. Entah, mengapa UNESA yang aku pilih dan Jurusan Pendidikan Ekonomi yang aku minati ??? sampai sekarang aku tak tahu jawabannya. Ketika kelas 2 aliyah aku sangat teropsesi bisa mendapatkan beasiswa kuliah di UNESA, dan impian polos itulah yang pada akhirnya menghantarkanku ke altar suci Universitas impianku, Universitas Negeri Surabaya. Indah sekali.
Di dalam doaku, aku selalu meminta kepada Allah SWT; “jika ini adalah jalan takdir hamba, maka lapangkanlah Ya Allah...namun jika tidak, maka bimbinglah hamba dan tunjukkan jalan yang terbaik. Sesungguhnya hamba hanya bisa berusaha, sedang Engkaulah yang menentukan segalanya”. Itulah untaian doa yang tak pernah lupa aku panjatkan kepada Allah SWT dalam setiap sujudku.
Dan kini, setelah empat semester aku kuliah di jurusan pendidikan ekonomi Universitas Negeri Surabaya, aku baru mengenali dan memahami diriku sendiri. Ternyata inilah aku. Menjadi seorang pendidik adalah cinta yang tak terlihat. Cinta yang sekian lama aku rasakan tapi baru kini ku sadari. Menjadi seorang Guru adalah impianku sejak kecil, hanya saja pada waktu itu aku masih terlau naif dan masih menganggap impian ini adalah sesuatu yang impossible sehingga aku tak berani mengatakan bahwa ini adalah impianku.
Sekarang ini, aku baru menyadari betapa hebatnya menjadi seorang Guru. Materi keguruan menurutku cukup rumit, tapi menarik dengan segala “printilannya”. Seperti bagaimana cara membuat RPP dan silabus, membuat media pembelajaran, dsb. Semua itu terlihat sangat merepotkan, susah dan membingungkan, tapi entah mengapa itulah bagian yang paling aku suka. Belajar bagaimana menjadi seorang Guru yang profesional, berkarakter dan berdedikasi tinggi. Ya, disini kami dilatih untuk menjadi seperti itu. Menyenangkan sekali.
Menjadi seorang Guru yang profesional dan berkarakter adalah komitmen yang aku bangun mulai saat ini. Aku sudah tidak lagi merasa tersesat. Inilah cinta yang sekian lama aku cari. Cinta yang sekian lama aku aku rasakan namun tak pernah aku sadari, yaitu menjadi seorang Guru – digugu dan ditiru.
Komitmenku menjadi seorang Guru yang profesional adalah dengan terus belajar agar aku memiliki empat kompetensi yang memang wajib dimiliki seorang Guru yang profesional. Empat kompetensi tersebut yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Di sini, seorang aku dituntut harus memiliki pemahaman tentang landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik agar aku mampu mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, mengembangkan kurikulum atau silabus, dsb.
Kompetensi kepribadian seperti beriman dan bertaqwa, jujur, bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, berwibawa, mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, dsb. Kompetensi sosial adalah kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat. Dalam hal ini, aku yang nantinya berprofesi sebagai seorang Guru harus bisa bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat. Seorang Guru harus mampu bergaul secara santun dengan mengindahkan norma serta nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat. Seorang Guru pula harus mampu menerapkan tekologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
Kompetensi profesional yaitu kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya. Jadi, wajib hukumnya buat aku untuk menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan aku ampu, dan menguasai  konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan aku ampu.
Bagi aku, begitu berat tugas dan tanggung jawab menjadi seorang Guru. Empat kompetensi yang harus dikuasai tersebut bukanlah kompetensi-kompetensi yang mudah. Karena, empat kompetensi dasar tersebut secara tersirat menuntut seorang Guru menjadi sosok yang sempurna, baik di depan anak didiknya maupun di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Guru bukanlah sekedar profesi, melainkan profesi Guru adalah pengabdian. Ya, Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
Gelar “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” menurut aku  sangat sering selewengkan di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari betapa banyak Guru yang sudah sekian lama mengabdi untuk mencerdaskan anak bangsa, hanya dianugerahi gaji sejumlah beberapa lembar rupiah saja. Bahkan nun jauh di luar keramaian kota, masih banyak Guru yang memiliki dedikasi tinggi bekerja tanpa gaji. Sungguh miris sekali.
Di Indonesia, kesejahteraan Guru masih sering diabaikan. Guru masih dianggap profesi seperti profesi-profesi yang lainnya. Padahal tidak, profesi Guru sangat jauh berbeda dengan profesi-profesi yang lainnya. Perbedaan itu dapat dicermati bahwa, profesi yang lainnya bekerja untuk sekedar mendapat gaji yang nantinya dinikmati untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Sedangkan seorang Guru, ia tidak hanya bekerja semata-mata demi sejumlah rupiah, melainkan ia bekerja untuk membukakan jalan buat orang lain agar bisa melihat dunia. Kebahagian terbesarnya adalah ketika ia mampu menjadi tokoh yang selau di depan membela kepentingan umat yang masih dalam kegelapan dan butuh pencerahan.
Sang Guru, si Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, pada dasarnya tetaplah manusia biasa. Butuh makan dan kesejahteraan. Tapi hingga saat ini, sang Guru yang berdedikasi tinggi seolah masih hidup di dunianya sendiri. Dunia penuh kedamaian dan hidup seolah hanya didedikasikan untuk pendidikan. Ya, banyak Guru yang masih bekerja tanpa gaji. Tapi toh, banyak pula Guru yang meski bekerja tanpa upah sejumlah rupiah tetap saja segan berhenti memberikan cahayanya demi membantu mewujudkan cita-cita anak bangsa.
Sungguh sangat mulia. Para Guru-Guru yang berdedikasi tinggi tersebut tak ubahnya malaikat-malaikat tanpa sayap, yang diutus Tuhan menerangi dunia dengan nuur-nya (nuur baca: ilmu). Seorang Guru yang berdedikasi tinggi tak menganggap Guru adalah sebuah profesi, melainkan menjadi Guru adalah panggilan hati untuk sebuah pengabdian. Gaji bukan hanya sekedar rupiah. Bukan pula sekedar materi. Bagi seorang Guru yang memiliki dedikasi, ada hal-hal yang tidak bisa terbeli oleh materi dan gaji. Hal-hal tersebut diantaranya bisa membantu anak didik meraih cita-citanya dengan suka cita, mendampingi perjuangan mereka, memberi motivasi dikala segala usaha dan doa tak terijabah, memberi motivasi disaat jiwa dan raga telah letih mendaki meraih mimpi, dan terus memberikan dorongan dari belakang berupa doa untuk kesuksesan anak didik. Itulah sebagian dari hal-hal yang tidak bisa terbeli hanya dengan materi dan gaji.
Kebahagian sejati seorang Guru yang berdedikasi adalah bisa melihat, mendampingi, dan turut menghantarkan anak didiknya meraih cita-citanya, meraih masa depan yang cemerlang, menjadi orang yang mengagumkan dan menjadi orang yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi lingkungan. Ya, itulah kebahagian sejati seorang Guru yang berdedikasi. Berapa indahnya moment itu, ketika seorang Guru telah mampu menghantarkan anak didiknya menjadi orang yang sukses, dan ketika waktu harus memisahkan mereka, hingga pada akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali. Ketika anak didik tersebut telah meraih sukses dan bertemu kembali dengan sang Guru, anak didik itu tersenyum kepada sang Guru sambil berkata: “Guruku...”. Betapa bahagianya hati seorang Guru pada saat itu. Senyumnya lebih indah daripada bebunga di taman surga. Air mata harunya bagai butiran berlian yang luruh. Indah sekali. Semua itu adalah moment indah tak terbeli, moment yang lebih indah daripada hanya memikirkan sejumlah gaji.
Menjadi Guru yang profesional, berkarakter dan berdedikasi tinggi. Ya, itulah cita-cita terbesarku saat ini. Sudah bukan lagi gaji ataupun materi yang menjadi prioritas ketika kita telah memasuki dunia pendidikan, melainkan bagaimana cara kita agar mampu membukakan jalan untuk anak didik kita hingga mampu meraih cita-citanya. Mampu mencintai anak didik kita layaknya ia merupakan bagian dari diri kita, hingga senyum dan tawa mereka laksana obat mujarab ketika sakit dan lelah menerpa.
Sungguh, tak ada yang lebih mulia dari seorang Guru. Di depan, seorang guru/sang pendidik harus memberikan contoh atau teladan yang baik. Di tengah atau di antara murid, seorang guru harus mampu menciptakan prakarsa dan ide, serta memberikan semangat. Dan di belakang, seorang guru harus mampu memberikan dorongan dan daya kekuatan. Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Dan demikianlah kelak aku ingin menjadi. Menjadi Guru yang profesional, berkarakter dan berdedikasi tinggi serta mampu mengaplikasikan Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Semoga Allah memberi ijabah atas segala doa dan cita-cita. Amiiiieenn......

Makalah Strategi Pembangunan




BAB  1
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang Masalah
Inpres Nomor 5 tahun 2008 menginstruksikan kepada 29 pejabat mulai dari menteri hingga bupati/walikota untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Fokus Program Ekonomi tahun 2008-2009. Pelaksanaan Fokus Program Ekonomi 2008-2009 itu dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menjaga kelestarian sumber daya alam, peningkatan ketahanan energi dan kualitas lingkungan, dan untuk pelaksanaan komite dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Selain itu juga ada kebijakan luar negeri yang dirancang untuk membantu melindungi kepentingan nasional, keamanan nasional, tujuan ideologis, dan kemakmuran ekonomi suatu negara. Namun semua tujuan itu tidak akan terwujud secara maksimal jika tidak didasari dengan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu kami akan membahas tentang strategi pembangunan yang menjadi salah satu kunci pokok lancarnya pembangunan ekonomi di suatu negara.

1.2.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian strategi dan strategi pembangunan ekonomi ?
2.      Apa saja macam-macam strategi dalam pembangunan ekonomi ?
3.      Bagaimana cara mengukur keberhasilan pembangunan ?

1.3.       Tujuan
1.      Menjelaskan arti dari strategi dan strategi pembangunan.
2.      Mendeskripsikan macam-macam strategi baru dalam pembangunan ekonomi.
3.      Mendeskripsikan bagaimana cara mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi.
                                                                   
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian Strategi dan Strategi Pembangunan
Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Strategi pembangunan adalah suatu tindakan pemilihan atas faktor-faktor yang di jadikan faktor utama (penentu) pada jalannya proses pertumbuhan.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan strategi pembangunan ekonomi adalah tujuan yang hendak dicapai. Apabila yang ingin dicapai adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka faktor yang mempengaruhi digunakannya strategi tersebut adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, akumulasi kapital rendah, tingkat pendapatan pada kapital yang rendah, dan struktur ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang juga kurang berkembang.
Kunci dari pembangunan adalah kemakmuran bersama. Pemerataan hasil pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan pembangunan yang ingin dicapai. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa disertai pemerataan pembangunan hanyalah menciptakan perekonomian yang lemah dan eksploitasi sumber daya manusia. Hipotesis Kusnets (1963) yang menyatakan bahwa sejalan dengan waktu ketidak merataan (inequality) akan meningkat akan tetapi kemudian akan menurun karena adanya penetesan ke bawah (trickle down effect), sehingga kurva akan berbentuk seperti huruf U terbalik (Inverted U). Akan tetapi pada kenyataannya penetesan ke bawah (trickle down effect) tidak selalu terjadi, sehingga kesenjangan antara kaya dan miskin semakin besar.
Faktor yang mempengaruhi diberlakukannya strategi Pembangunan yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan-kemiskinan pada dasrnya dilandasi keinginan, berdasarkan atas norma tertentu, bahwa kemiskinan harus secepat mungkin dibatasi. Sementara itu strategi-strategi pembangunan yang lain ternyata sangat sulit mempengaruhi atau memberikan manfaat secara langsung kepada golongan miskin ini.
A.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Pembangunan
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembangunan antara lain:
Ø  Kependudukan dan sosial budaya
Ø  Wilayah dan lingkungan
Ø  Sumber daya alam serta persebarannya
Ø  Kualitas sumber daya manusia terhadap penguasaan ilmu pengetahuaan dan teknologi
Ø  Manajemen nasional
Ø  Kemungkinan pengembangan

2.2.       Macam-Macam Strategi dalam Pembangunan Ekonomi
A.    Paradigma Tradisional
Pembangunan ekonomi pada tahun 1960 an mengalami pergeseran makna dari pandangan tradisional berubah ke pandangan baru atau paradigma baru. Konsep pembangunan yang pada awalnya adalah identik dengan pertumbuhan atau development with growth berubah menjadi pembangunan tidak lagi identik dengan pertumbuhan tetapi pembanguan harus diikuti dengan perubahan atau development with change.
Konsep pembangunan yang identik dengan pertumbuhan ini merupakan kajian dari ATHUR LEWIS. Di dalam bukunya yang berjudul the theory of economic growth, Lewis menyebutkan bahwa tujuan utama pembangunan ekonomi adalah pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara manapun. Kata kunci untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah pembentukan modal. Melalui pembentukan modal maka terciptalah industri-industri yang memberikan nilai tambah tinggi bagi pertumbuhan ekonomi.
Bagi negara sedang berkembang yang sebagian besar merupakan negara miskin, amatlah sulit untuk melakukan pembentukan modal, oleh karena itu mengundang investor asing melalui penanaman modal asing (PMA) dan utang luar negeri tidak dapat dihindarkan. Konsep pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi didasarkan pada pengalaman pembangunan di negara-negara Eropa disebut dengan Eropa Sentris atau Eurocentrism (Hettne, dalam Mudrajad Kuncoro, 2006).
Model pembangunan dengan strategi mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui pengembangan industri memunculkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang umum adalah rusaknya lingkungan, yang ditandai hutan. Kondisi ini sebagai akibat dari pembangunan industri yang tidak tertata dengan baik. Kerusakaan dan pencemaran lingkungan seringkali tidak diperhitungan oleh negara, akibatnya biaya sosial yang harus ditanggung masyarakat terlalu tinggi dan pada akhirnya masyarakat miskinlah yang menjadi korban.
Masyarakat miskin dengan segala keterbatasannya, membuat mereka semakin sulit untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Ketidakmampuan secara ekonomi membuat masyarakat miskin tidak ada pilihan lain untuk sekedar bertempat tinggal yang layak atau berobat ke dokter karena masalah kesehatan. Belum lagi perubahan kawasan pertanian menjadi kawasan industri mendorong masyarakat untuk beralih profesi dari petani atau buruh tani menjadi buruh pabrik atau sebaliknya malah tidak bekerja sama sekali sehingga menimbulkan masalah pengagguran. Model pembangunan industri yang lebih banyak bersifat capital intensive daripada labour intensive semakin memperparah kondisi pengangguran yang semakin bertambah.
Kondisi seperti itulah yang menyebabkan negara sedang berkembang semakin sulit untuk maju. Disisi lain laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata juga diikuti dengan ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin tidak merata. Pembagian kue pembangunan yang tidak merata hanya dinikmati oleh kalangan tertentu dalam hal ini pemilik modal atau golongan masyarakat kaya, semakin memiskinkan masyarakat yang memang sudah miskin.
Oleh karena itu makna pembangunan menjadi dipertanyakan, sebenarnya pembangunan itu ditujukan untuk siapa ? Kegagalan pembangunan di berbagai negara sedang berkembang menunjukkan salah satu bukti kegagalan strategi pembangunan yang selama ini diyakini kebenarnya. Hasil pembangunan tidak seperti yang diharapkan semakin memperkuat ada yang salah dalam proses pembangunan. Pembangunan yang seharusnya menyebabkan perbaikan atau peningkatan kualitas hidup ternyata justru sebaliknya. Pembangunan yang terjadi selama ini lebih benyak menghasilkan masalah-masalah krusial dalam pembangunan, seperti meningkatnya jumlah pengangguran dan angka kemiskinan. Konsep trickle down effect (menetes ke bawah) yang selalu di dengung-dengungkan tidak memberikan hasil yang memadai. Pembangunan hanya terpusat pada kelompok dan wilayah tertentu saja, sehingga pembangunan tidak bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
B.     Paradigma Baru
Menurut Hendra Esmara dan Meier (dalam Mudrajad K, 2006), bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang mutlak diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas dari sekedar pertumbuhan ekonomi.
Menurut Meier, pembangunan tidak lagi memuja GNP sebagai sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan pada proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan ekonomi tidak cukup dengan peningkatan pendapatan perkapita dalam jangka panjang saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah jumlah penduduk miskin tidak mengalami peningkatan dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang.
Myrdal menekankan pada pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Dudley dan Seers pada tahun 1973, merujuk 3 (tiga) sasaran utama dari pembangunan, yaitu:
1.      What has been happening to proverty ?
2.      What has been happening to unemployment ?
3.      What has been to inequality ?
Myrdal, Dudley dan Seers, nampaknya mempunyai kecenderungan bahwa pembangunan lebih banyak menekankan pada aspek sosial, yaitu pentingnya mengurangi kemiskinan, tingkat pengangguran dan ketidakmerataan distribusi pendapatan. Berdasarkan hal tersebut, maka pembanguan haruslah ditujukan pada perluasana kesempatan kerja dan pemerataan distribusi pendapatan . Hal inilah yang mendorong munculnya konsep baru dalam memahami makna pembangunan.
Terdapat 5 (lima) strategi baru dalam pembangunan ekonomi, yaitu :
1.      Strategi pertumbuhan dengan distribusi
Strategi pertumbuhan dengan distribusi merupakan strategi pembangunan yang lahir dari kegagalan pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi saja tanpa diikuti dengan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan berarti kalau distribusi pendapatan dalam masyarakat timpang. Pengalaman di beberapa negara sedang berkembang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga diikuti dengan ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin lama semakin lebar. Dengan demikian strategi pertumbuhan dan distribusi merupakan strategi pembangunan yang tidak saja mengejar laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga memperhatikan distribusi pendapatan masyarakat. Tujuan dari strategi ini adalah mengurangi kesenjangan antara golongan kaya dan miskin supaya tidak semakin timpang. Pembagian kue pembangunan ini sangat penting agar pembangunan dapat dinikmati oleh semua golongan.
Implementasi dari strategi pembangunan ini adalah berupa kebijakan antara lain :

a)      Menciptakan lapangan kerja
b)      Perhatian terhadap UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
c)      Investasi pada SDM (Sumber Daya Manusia)
d)     Perhatian terhadap rakyat miskin
Kebijakan pemerintah diarahkan pada kebijakan yang berorientasi pada masyarakat banyak, oleh karena itu strategi ini dinamakan juga strategi pembangunan bersifat populis (populisme).
2.      Strategi kebutuhan pokok
Strategi kebutuhan pokok merupakan strategi pembangunan dengan berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Kebutuhan pokok dapat didefinisikan sebagai kebutuhan yang meliputi pangan, papan, dan sandang, Namun demikian konsep kebutuhan pokok untuk masing-masing negara adalah berbeda, semakin maju dan kaya suatu negara semakin tinggi kebutuhan pokok Pada umumnya kebutuhan pokok meliputi kebutuhan minimum konsumsi (pangan, sandang, perumahan) dan jasa umum (kesehatan, transportasi umum, air, fasilitas pendidikan), Namun menurut Todaro, pengertian kebutuhan pokok jauh lebih luas dari sekedar pemenuhan kebutuhan minimum
Todaro kebutuhan pokok manusia mengacu pada 3 (tiga) nilai dasar pembangunan, yaitu :
1. Kemampuan menyediakan kebutuhan dasar (life sustenance)
2. Kebutuhan untuk dihargai (self esteem)
3. Kebebasan untuk memilih (freedom)
Dengan demikian kebutuhan pokok menurut Todaro tidak sekedar pemenuhan kebutuhan minimum, tetapi lebih luas lagi sehingga pembangunan dapat dinikmati oleh semua masyarakat. Strategi pembangunan kebutuhan pokok ini merupakan strategi pembangunan dengan pendekatan ekonomi dan sosial.
3.      Strategi pembangunan mandiri
Strategi pembangunan mandiri lahir sebagai antitesis dari strategi dependensia, yaitu strategi pembangunan yang berorientasi pada negara donatur sebagai pemasok modal melalui utang luar negeri. Model pembangunan seperti ini sangat rentan karena menggantungkan diri pada negara donatur. Kondisi ini melahirkan tingkat ketergantungan yang sangat tinggi antara negara sedang berkembang dengan negara maju. Negara sedang berkembang yang pada umumnya merupakan negara miskin sangat terbatas dalam pemumpukan modal sehingga tidaklah heran banyak negara sedang berkembang yang terjerat dalam lilitan utang luar negeri, termasuk Indonesia.
Sebagai pelopor kelahiran strategi pembangunan mandiri adalah negara India pada masa pemerintahan Mahatma Gandhi, Tanzania pada masa pemerintahan Julius Nyerere, Cina pada masa pemerintahan Mao Zedong dan Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno. Pengertian “mandiri” tidak saja mandiri secara ekonomi tetapi juga mandiri dalam segala hal, sehingga strategi pembangunan mandiri pada intinya merupakan strategi pembangunan yang tidak tergantung pada negara lain.
4.      Strategi pembangunan berkelanjutan
Strategi pembangunan berkelanjutan (sustainable development), lahir sekitar tahun 1970 seiring dengan merebaknya masalah lingkungan. Kesadaran msyarakat yang sangat tinggi akan petingnya lingkungan hidup, mendorong beberapa negara untuk mengadakan pertemuan dan membahas tentang kerusakan lingkungan yang terjadi.
Laporan dari Club of Rome, dengan menggunakan data statistik, menyimpulkan bahwa “bila tren pertumbuhan penduduk, industrialisasi, polusi, produksi makanan, dan deplesi sumberdaya terus menerus tidak berubah maka batas pertumbuhan atas planet bumi akan dicapai dalam waktu kurang dari 1000 tahun”. Namun demikian ramalan ini tidak terbukti.
Menurut Lester Brown (1981), konsep subtainable sendiri merujuk pada 4 (empat) nilai utama, yaitu:
a.       Tertinggalnya transisi energi
b.      Memburuknya sistem biologis utama (perikanan laut padang rumput, hutan, lahan pertanian)
c.       Ancaman perubahan iklim yang sangat ekstrem (polusi, dampak rumah kaca, bencana banjir musim panas yang sangat panas dan musim dingin yang sangat dingin)
d.      Kurangnya bahan makanan
Dengan demikian, strategi pembangunan berkelanjutan merupakan strategi pembangunan yang berorientasi pada pentingnya menjaga lingkungan. Pembangunan yang tidak semata-mata mengejar nilai ekonomis, tetapi disisi lain juga memperhatikan ekologi maupun sosial di masa yang akan datang. Oleh karena itu para ahli pembangunan setuju tentang konsep pembangunan ecodevelopment dimana masyarakat dan lingkungan harus bersama-sama berkembang menuju produktivitas dan pemenuhan kebutuhan yang lebih baik.
Pada program Millennium Development Goals atau MDGs yang disepakati 189 negara, termasuk Indonesia pada konferensi Tingkat Tinggi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September 2000 merumuskan 8 (delapan) target pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015. Kedelapan target pembangunan tersebut adalah:
1.      Penghapusan kemiskinan
2.      Pendidikan untuk semua
3.      Penyetaraan gender
4.      Perlawanan terhadap penyakit
5.      Penurunan angka kematian anak
6.      Peningkatan kesehatan ibu
7.      Perlindungan lingkungan hidup
8.      Kerjasama global.
Program Millennium Development Goals atau MDGs merupakan salah satu program dunia tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan. Disamping itu dalam program Millennium Developmenbt Goals atau MDGs terkandung makna pentingnya perubahan dalam memahami makna pembangunan. Pembangunan tidak saja dipandang dari segi ekonomi tetapi juga dari segi ekologi, lingkungan dan sosial. Dampak perubahan iklim sebagai salah satu penyebab pentingnya pembangunan berdasarkan lingkungan sekitar.
  
5.      Strategi pembangunan berdimensi etnik
Stretegi pembangunan berdimensi etnik (ethnodevelopment) lahir dengan latar belakang konflik antar etnis. Konflik antara etnisi terjadi pada negara yang memiliki berbagai macam etnis, (multietnis) seperti ras, suku dan agama yang beragam (heterogen). Negara dengan multietnis seperti ini sangat rentan untuk terjadinya konflik. Pada negara-negara seperti di Afrika, dan Asia Selatan pada umumnya sering terjadi konflik berupa :
  1. Konflik kepemilikan atas tanah
  2. Konflik penguasaan sumberdaya alam
  3. Konflik ketimpangan pembangunan
  4. Konflik penguasaan politik dan ekonomi
Negara Malaysia secara terbuka memasukan konsep ethnodevelopment dalam formulasi kebijakan Ekonomi Baru-nya (NEP) yang dirancang dan digunakan untuk menjamin agar buah pembangunan dapat dirasakan oleh semua warga negara secara adil, baik dari komunitas Cina, India, maupun masyarakat pribumi Malaysia (Faaland, et al, 1990).

2.3.       Cara Mengukur Keberhasilan Pembangunan
Pembangunan seperti yang sudah ditegaskan diatas, tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi saja tetapi juga dari sisi lainnya. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh faktor ekonomi dan non ekonomi. Dalam bukunya Mudrajad Kuncoro (Ekonomika Pembangunan, 2006) menetapkan ada 2 (dua) indikator utama dalam menentukan keberhasilan pembangunan di negara sedang berkembang, yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial.
Indikator ekonomi meliputi :
  1. Laju pertumbuhan ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator ekonomi yang paling utama dalam menilai keberhasilan pembangunan. Sebelum makna pembangunan mengalami perubahan, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu yang mutlak harus dicapai oleh neg'ara sedang berkembang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dianggap “DEWA” dalam pembangunan, sehingga target pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah suatu keharusan.
Tabel 1
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (dalam persen)

2004
2005
2006
Total Konsumsi
4,9
4,3
3,9
-          Konsumsi Swasta
-          Konsumsi Pemerintah
5,0
4,0
4,0
6,6
3,2
9,6
Investasi
14,7
10,8
2,9
-          Permintaan Domestik
-          Net Ekspor
5,4
-19,5
5,3
13,6
3,3
15,6
Ekspor Barang & Jasa
13,5
16,4
9,2
Impor Barabg & Jasa
26,7
17,1
7,6
PDB
5,0
5,7
5,5
Sumber : BPS, 2009
  1. Gross National Product (GNP) atau Pendapatan Nasional Perkapita
Perhitungan pendapatan nasional perkapita dapat diperoleh dengan cara menghitung pendapatan nasional atau GNP suatu negara dibagi dengan jumlah penduduk. Perhitungan pendapatan perkapita suatu masyarakat pada umumnya dilakukan tiap satu tahun sekali. Dari data yangdiperoleh  ini dapat diambil manfaat antara lain:
a.       Untuk mengetahui perkembangan suatu negara dari tahun ke tahun
b.      Sebagai acuan dalam mengambil kebijakan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu perhitungan pendapatan perkapita masyarakat suatu negara adalah sangat perlu dan penting mengingat besar sekali manfaat yang diperoleh. Disamping itu menganalisa ada tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara dapat dilihat secara sekilas dari data tersebut. Selain itu data perkembangan pendapatan perkapita masyarakat suatu negara dari tahun ke tahun akan dapat memberikan suatu gambaran mengenai, antara lain:
a.       Laju perkembangan tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara
b.      Perubahan dalam corak perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara
c.       Dapat meramalkan tingkat pendapatan perkapita penduduk suatu negara untuk masa yang akan datang.
Sampai saat ini penggunaan tolok ukur pendapatan nasional perkapita suatu masyarakat sebagai indeks tingkat kesejahteraan masih tetap digunakan. Dengan demikian maka apabila ingin mengetahui tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat dilihat pendapatan perkapitanya. Semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu masyarakat maka akan semakin sejahtera masyarakatnya.
Kelemahan Pengukuran Pendapatan Perkapita
Sebenarnya banyak sekali tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, tidak hanya dilihat dari faktor ekonomi saja tetapi juga neliputi faktor-faktor yang lain, seperti faktor sosial, politik dan kebudayaan. Karena sifatnya yang sangat kompleks ini, maka untuk mengukur tingkat kesejahteraan tidaklah mudah, tidak hanya dilihat secara materi atau lahiriah saja, tapi haruslah melibatkan keduanya. Dengan demikian kesejahteraan mempunyai konotasi atau bersifat sangat relatif sekali atau adanya unsur subyektivitas yang mendukung di dalamnya. Oleh karena itu, sejahtera secara materi belum tentu sejahtera secara lahiriah dan sebaliknya, sejahtera secara alamiah belum tentu sejahtera secara materi.
  1. Gross Domestic Product (GDP) per perkapita dengan Purcashing Power Parity.
Kelemahan yang melekat pada sistem perhitungan PDB selama ini adalah ketidakmampuannya mengakomodasikan indikator-indikator non-ekonomi (termasuk lingkungan) sebagai detrminan penting bagi tingkat kesejahteraan. Ketika angka PDB nominal tidak bisa berbicara mengenai tingkat kesejahteraan riil, maka UNDP (United Nations Development Programme) mengambil inisiatif untuk menghitung veriabel PPP (Purchasing Power Parity), sebagai dasar penentu kemampuan atau daya beli seseorang.
Menurut Hiks, tujuan dari perhitungan pendapatan nasional adalah memberi indikasi mengenai seberapa besar masyarakat dapat mengkonsumsinya tanpa harus memiskinkan dirinya sendiri. Atas dasar itulah maka lokakarya yang diselenggarakan Bank Dunia di Paris, 21-22 November 1988, menghasilakan rumusan baru sebagai berikut:
NDP = PDB - KONSUMSI

Dimana:
NDP = Net Domestic Product atau PDB netto atau PDB dengan perhitungan yang baru
Konsumsi = dalam hal ini adalah biaya yang mengakibatkan manipisnya sumberdaya alam
Pada konferensi di Brussel 31 Mei-1 Juni 1995, muncul formulasi sebagai berikut:
PDB = Output Total – Input Antara (Intermediate Input)

Sehingga:
NDP = PDB – Depresiasi modal tetap Pendapatan Nasional Bruto
Pendapatan Nasional Bruto = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri
Jadi, pendapatan nasional Neto = NDP + Pendapatan Neto dari luar negeri.
Indikator Sosial meliputi :
1.      Human Development Index (HDI)
Indeks pembangunan manusia atau Human Development indeks (HDI) diukur berdasarkan tiga tujuan atau produk pembangunan, yaitu:
a.       Usia panjang yang diukur dengan tingakt harapan hidup
b.      Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca dan rata-rata tingkat sekolah
c.       Penghasilan yang diukur dengan pendapatan riil yang telah disesuaikan, yaitu disesuaikan menurut daya beli atau mata uang masing-masing negara dan asumsinya menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat.
2.      Physical Quality Life Index (PQLI)
Indeks mutu hidup atau Physical Quality Life Index disingkat PLQI merupakan indeks gabungan dari tiga indikator utama, yaitu:
a.       Angka harapan hidup pada usia satu tahun
b.      Angka kematian
c.       Tingkat buta huruf


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.          Kesimpulan

Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Strategi pembangunan adalah suatu tindakan pemilihan atas faktor-faktor yang di jadikan faktor utama (penentu) pada jalannya proses pertumbuhan.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan strategi pembangunan ekonomi adalah tujuan yang hendak dicapai. Apabila yang ingin dicapai adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka faktor yang mempengaruhi digunakannya strategi tersebut adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, akumulasi kapital rendah, tingkat pendapatan pada kapital yang rendah, dan struktur ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang juga kurang berkembang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembangunan antara lain:
Ø  Kependudukan dan sosial budaya
Ø  Wilayah dan lingkungan
Ø  Sumber daya alam serta persebarannya
Ø  Kualitas sumber daya manusia terhadap penguasaan ilmu pengetahuaan dan teknologi
Ø  Manajemen nasional
Ø  Kemungkinan pengembangan
Pada dasarnya, strategi pembangunan seelalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Adapu era pembangunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu era pembangunan pada paradigma tradisional dan era pembangunan pada paradigma baru.
Pada paradigma tradisional, strategi pembangunan yang diterapkan adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan pembentukan modal. Melalui pembentukan modal maka terciptalah industri-industri yang memberikan nilai tambah tinggi bagi pertumbuhan ekonomi. Model pembangunan dengan strategi mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui pengembangan industri memunculkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang umum adalah rusaknya lingkungan, yang ditandai hutan. Kondisi ini sebagai akibat dari pembangunan industri yang tidak tertata dengan baik. Kerusakaan dan pencemaran lingkungan seringkali tidak diperhitungan oleh negara, akibatnya biaya sosial yang harus ditanggung masyarakat terlalu tinggi dan pada akhirnya masyarakat miskinlah yang menjadi korban.
Sedangkan pada paradigma baru ada lima strategi yang diterapkan, yaitu:
  1. Strategi pertumbuhan dengan distribusi
  2. Strategi kebutuhan pokok
  3. Strategi pembangunan mandiri
  4. Strategi pembangunan berkelanjutan
  5. Strategi pembangunan berdimensi etnik.
Dengan berbagai strategi yang diterapkan, maka dapat ditetapkan dua indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial.
                                    
3.2.          Saran
Melihat begitu pentingnya strategi dalam pembangunan, maka hendaknya pemerintah lebih jeli memilih strategi mana yang cocok diterapkan di negara kita. Sebab, jika strategi yang diterapkan itu salah maka bukan kemiskinan yang dapat turun. Akan tetapi kemiskinan itu bisa malah semakin naik. Dan yang terpenting lagi, apapun bentuk strategi yang diterapkan hendaknya tidak sampai merusak ekosistem alam.

DAFTAR PUSTAKA

elearning.gunadarma.ac.id/.../bab2
Strategi.Pembangunan.pdf
perkembangan_strategi_dan_perencanaan_pembangunan_indonesia.pdf
Suroso, P.C. 1997. Perkonomian Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka